LANJUT ATAU BERHENTI
By Agus Hariono

Tidak terasa waktu tiga bulan berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin diterima menjadi siswa program TC 138 SON 2017. Rasanya baru kemarin kenal dengan teman-teman baru dari kelas yang berbeda. Rasanya baru kemarin mendapat tugas describing picture. Rasa baru kemarin mendapat tugas membuat video tutorial, vlog, dan holiday. Rasanya baru kemarin mengawali general conversation. Rasanya baru kemarin belajar materi adjective clause. Ternyata itu semua sudah berlalu. Farewell party pun telah usai.

Kenangan belajar bersama di dalam kelas, canda tawa, bully-bully-an, rujak party, game bersama, adu ketangkasan dan berbagai macam kegiatan asyik dan menyenangkan lainnya pun kini turut sirna. Kejadian itu tidak pernah terulang lagi. Kejadian itu tinggal kenangan, berupa serpihan-serpihan history yang tersimpan pada benak masing-masing. Ada pula yang sempat mengabadikan satu moment dalam bentu foto atau bahkan video. Namun, demikian itu tidak bisa menceritakan rasa yang dialami oleh para siswa TC 138 selama proses belajar di BEC.

Sebagian mereka terharu, bahkan hingga menangis, betapa waktu berjalan begitu cepatnya, rasanya mereka belum sempat berbuat banyak. Tahu-tahu waktu sudah berakhir. Ditambah lagi, baru saja akrab dengan beberapa teman, sudah harus berpisah hingga waktu yang tidak pasti dan hanya Allah yang tahu. Memang risiko dari pertemuan adalah perpisahan. Apalagi pertemuan dalam rangka untuk belajar. Tentu sangat dibatasi oleh waktu. Sehingga adanya perpisahan menjadi mutlak bagi siapa saja.

Kesedihan, kebahagiaan dan rasa bangga bercampur menjadi satu. Sedih karena masa study telah purna, bahagia karena telah lulus dan bangga karena memperoleh hasil yang memuaskan. Ada pula yang tertinggal yaitu kecewa dan menyesal. Kecewa karena memperoleh hasil yang kurang memuaskan oleh karena selama proses training tidak menggunakan waktu dengan sungguh-sungguh. Tidak ada yang perlu disesali dari rangkaian perjalanan belajar bahasa Inggris di BEC, kecuali ketidakseriusan. Selama kita belajar dengan sungguh-sungguh, ikhlas karena Allah, pasti akan memperoleh hasil yang sepadan.

Memang belajar secara formal di BEC telah usai. Masing-masing sudah mengantongi hasilnya. Ada yang memuaskan, ada pula yang mengecewakan. Tentu rasa itu relatif, tergantung person yang menerima. Memuaskan dan tidak memuaskan adalah hak priogratif pemilik hasil study. Namun, yang terpenting apa pun hasilnya, semua memiliki tanggung jawab yang sama. Yaitu tanggung jawab untuk terus belajar.

Tanggung jawab belajar menuntut ilmu tidak hanya behenti pada level tertentu, melainkan terus hingga akhir hayat nanti. Bagi yang memperoleh nilai baik, punya tanggungan untuk meningkatkan prestasinya. Begitu juga dengan yang memperoleh hasil kurang memuaskan. Bahwa sesungguhnya, semua sedang melakukan perjalanan. Perjalanan kita sedang naik satu level, dan bukan berarti sudah finish. Perjalanan masih panjang. Gagal dan tidak, sama-sama masih memiliki kesempatan meraih yang terbaik. Selama masih belajar dan berani mencoba kita masih mendapat dua kemungkinan yaitu gagal dan berhasil. Sedang apabila kita berhenti dan tidak mau lagi mencoba, maka kita hanya mendapat satu kemungkinan yaitu ‘gagal.”

Semua kemungkinan akan mungkin terjadi bila kita mencoba. Dalam Islam ada konsep, “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” Juga, Thomas Alva Edison pernah mengatakan, “Aku tidak gagal. Aku hanya menemukan 10.000 cara yang tidak bekerja. Mr. Kalend pun tadi menyampaikan kata kiyainya ketika beliau berpamitan ingin keluar pondok, dan Sang Kiyai pun mengatakan, “Tidak semua yang gagal di Gontor, akan gagal di tempat lain.” Itu berarti, semua tergantung keyakinan kita.

Syahril Syam dalam bukunya “Change Limiting Beliefs” berpendapat, “Apa pun yang kita persepsikan membentuk diri kita, membentuk jiwa kita. Jika yang kita persepsikan keliru, maka cenderung akan menjadi belief yang tidak memberdayakan diri. Jika yang dipersepsikan benar, maka semakin memberdayakan diri dan meningkatkan kualitas jiwa kita.” Pendapat Syahril memberikan pesan kepada kita, bahwa semua kejadian yang masuk ke dalam diri kita—akan menjadi baik atau buruk, memuaskan atau mengecewakan tergantung diri kita yang mempersepsikan. Pada dasarnya semua obyek memiliki sudut pandang, tergantung kita mau ambil yang mana. Yang memberdayakan atau justru yang melemahkan diri kita.

Sebagaimana ungkapan yang kita pelajari bersama di dalam kelas, “The ending of something is the start of newsing.” Secara simbolis memang program TC kita telah usai. Namun, program TC kemarin adalah penyambung aktivitas kita yang lain. Pada intinya, kita semua memiliki keharusan untuk terus belajar—baik yang memperoleh nilai memuaskan maupun yang tidak. Tidak ada nilai memuaskan, jika mereka tidak mau belajar lagi. Tidak ada nilai yang mengecewakan, sepanjang mereka mau dan terus belajar. Pilihannya ada dua lanjut atau berhenti belajar!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELETAKAN BATU KEBERHASILAN

MEMBACA PIKIRAN ORANG