MEMBACA PIKIRAN ORANG
Pada zaman
dahulu bagi orang yang ingin memiliki kemampuan membaca pikiran orang lain
harus menempuh berbagai persyaratan. Misalnya mereka harus puasa ngebleng,
puasa pati geni, puasa ngrowot dan lain seterusnya. Upaya yang demikian berat
mereka lakukan untuk mencapai cita-citanya yaitu dapat membaca pikiran orang
lain. Bagi mereka waktu itu dapat membaca pikiran orang merupakan kemampuan
yang sangat luar biasa. Kemampuan itu dapat digunakan untuk keperluan apa saja
yang diinginkan. Untuk kebaikan bahkan juga untuk keburukan. Sesuai pemegang
ilmu itu digunakan untuk apa.
Lain zaman
dahulu lain juga dengan zaman sekarang, jika dahulu orang yang ingin memiliki
kemampuan membaca pikiran orang harus melakukan persyaratan yang sangat luar biasa
beratnya. Namun, sekarang hal tersebut tidak perlu susah-susah untuk dilakukan.
Mengapa? Alasannya orang sekarang beda dengan orang dahulu. Orang sekarang
lebih suka memamerkan pikirannya, unek-uneknya, keinginannya, dan seterusnya. Sehingga
orang dengan mudahnya dapat membaca pikiran orang lain, bahkan juga tidak hanya
pikiran, situasi hati, kondisi sekitar, kondisi keluarga, hubungan hubungan
keluarga, pertemanan, dan lainnya, yang sifatnya sangat privat sekalipun tidak
luput di share di media sosial.
Maka,
sekarang ini tidak heran jika ada semboyan ‘di zaman sekarang tidak perlu ilmu
kebatinan untuk membaca pikiran orang, cukup lihat status media sosial, semua
sudah tersedia informasinya’. Jauh lebih sederhana dibanding syarat-syarat ilmu
kebatinan pada zaman dahulu. Sekarang hanya perlu modal semart phone semua
pasti beres.
Fakta
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pengguna media sosial terbanyak kedua
dari seluruh pengguna media sosial seluruh dunia. Dan bahkan Indonesia dijuluki
Negara paling berisik di dunia. Ini disebabkan karena mayoritas pengguna media
sosial Indonesia menuliskan apa saja yang terjadi dan apa saja yang terlintas
dalam pikirannya. Kadang juga orang-orang tertentu tidak ada tendeng
aling-alingnya. Apa saja yang ia rasakan, ia lihat, ia pikirkan, semua di share
dimedia sosial.
Jika saya
mengamati sekilas dalam percakapan di media sosial antara kelompok usia
anak-anak, remaja, dan usia dewasa. Kabanyakan dari mereka terdapat kemeripan
model komunikasinya bahkan bahasanya hampir sama dari usia anak-anak hingga
usia dewasa. Mereka saling tegur sapa, bercanda, mengejek dan lainnya. Memang
wajar bagi usia dewasa mereka ketika masih usia anak-anak atau remaja belum ada
media sosial. Sehingga kesempatan dimanfaatkan untuk menjalin komunikasi.
Teman yang
sudah sekian tahun tidak pernah bertemu dan berkomunikasi tiba-tiba muncul
begitu saja di media sosial. Mereka pun bertegur sapa mengundang teman yang
lain dan terkumpulah semua teman, baik teman SD, SMP, SMA, ataupun penguruan
tinggi. maka bermunculan pulalah grup-grup teman sekolah mulai dari SD hingga
jenjang tertinggi mereka tempuh. Dan mereka semua menikmati dan berzuforia
bersama. Bagi orang bijak penggunaan media tersebut memiliki manfaat yang
sangat luar biasa, bisa memanfaatkan media tersebut sebagaimana fungsinya.
Karena tidak jarang oleh sebagaian justru media tersebut disalahgunakan
sehingga dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Fakta-fakta
tersebut sungguh menjadi perhatian bersama. Bahwa kelebihan media sosial selain
banyak manfaat yang bisa dipetik namun banyak juga madharat yang ditimbulkan. Sebagai
orang bijak dalam menggunakan media sosial apapun, maka kita seharusnya
berfikir matang-matang sebelum kita mengupload status dalam media sosial kita.
Ketika kita sedang memiliki masalah pribadi, kita sering tidak terkontrol,
bahkan secara emosional kita menulis status yang kita peruntukan kepada orang
yang kita maksud. Namun, kita tidak sadar bahwa seluruh teman yang ada dalam
akun media sosial kita juga akan membaca. Maka, di sinilah sering terjadi salah
faham dan pada akhirnya terjadi perselisihan, petengkaran, dan perpecahan.
Kadang
diantara kita juga sering mengupdate status kaitan dengan kondisi keluarganya,
hubungan dengan teman kita, pekerjaan kita, secara terus menerus dengan tema
yang sama. Dan disini kadang juga menimbulkan persoalan. Maksudnya ingin
mengingatkan, menyindir, menegur, orang yang kita maksud, tapi, kita kadang
lupa bahwa yang membaca status itu tidak hanya kita dan orang yang kita maksud.
Namun semua teman yang ada pada akun media sosial kita. Dan ini juga bakalan
menimbulkan masalah. Orang yang semula tidak tahu menahu, karena membaca status
akhirnya mengorek informasi apa saja tentang apa yang dimaksud dalam status
yang kita upload.
Komentar
Posting Komentar